Aku di sini, berlindung di bawah pohon randu
Menunggu kapuk-kapuk bertebaran di teras rindu
Menunggu kemarau menghapus hujan dan awan kelabu
Hujan dan rindu aku tabung jadi satu di pelupuk mataku
Namun hujan tak kunjung reda, rindu tak kunjung berlalu
Hingga tak ada tempat untuk airmata membanjiri pipiku
Sampai kapan ini kan terus seperti ini,
Sementara kata-kataku sudah hampir habis untuk menulis puisi?
Di perlintasan mimpi aku masih setia menanti
Akankah engkau datang memberi warna dalam hidupku yang kosong tak berisi?
Hidup hanya seperti jam dinding yang tak bosan menghitung waktu
Sampai akhirnya pada suatu waktu jarum jam ‘kan berhenti
Mengakhiri kisah hidupku yang fana tanpamu
Yang sungguh begitu menyiksa batinku kini dan nanti
Aku bukan karang yang tetap tegar walau dihajar ombak di lautan
Aku bukan binatang jalang yang tetap meradang menerjang
Walaupun peluru menembus kulitnya
Aku tak bisa menjanjikan apa-apa untukmu
Namun satu hal yang pasti
Cintaku tulus padamu
Sekarang dan sampai aku mati
Puisi ini masih setengah jadi,
namun mesti aku akhiri sampai di sini
Bila kita tak bisa selalu bersama sampai nanti
Maka ‘kan kukenang engkau sebagai judul puisi ini....
(3-4-11)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar